Minggu, 18 Mei 2014

MODEL PEMBELAJARAN MELALUI INTERNET


A.    Model Pembelajaran Melalui Internet

Ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu: (1) Web Course, (2) Web Centric Course, dan (3) Web Enhanced Course 3

1. Web Cource
Web Course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran di mana seluruh kegiatan belajar sepenuhnya disampaikan melalui internet.
Dengan kata lain, Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Selain itu sistem ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital), baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia pada internet, seperti data base statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik dan lain-lain.
Bentuk pembelajaran model ini biasanya digunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh (distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain virtual campus/university ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang bisa diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian akan diberikan sertifikat.

2. Web Centric Course
Web Centric Course adalah sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagaian kegiatan lain disampaikan secara tatap muka.
Sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagaian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet. Bentuk ini memberikan makna bahwa kegiatan belajar bergeser kegiatan di kelas menjadi kegiatan melalui internet sama dengan bentuk web course, siswa dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka, baik di sekolah maupun ditempat-tempat yang telah ditentukan seperti di ruang perpustakaan, taman bacaan, ataupun di balai pertemuan.
3. Web Enhanced Course
Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk pendidikan yang menunjang peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran utamanya tatap muka di kelas.
Web Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.
Peranan internet disini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi dengan cara memberikan alamat-alamat atau membuat link ke pelbagai sumber belajar yang sesuai dan bisa diakses secara online, untuk meningkatkan kuantitas dan memperluas kesempatan berkomunikasi antara pengajar dengan peserta didik secara timbal balik. Dialog atau komunikasi dua arah tersebut dimaksudkan untuk keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok.

B.     Pengembangan Model Pembelajaran melalui Internet

Pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian atas seluruh unsur dan aspek sebagaimana telah diuraikan di atas, sehingga bisa didapatkan pegangan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet. Di samping itu juga diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa hal yang tidak kalah pentingnya antara lain :
1. Keuntungan. Sejauhmana sistem pembelajaran berbasis internet akan memberikan keuntungan bagi intitusi, staf pengajar, pengelola, dan terutama keuntungan yang akan diperoleh siswa dalam meningkatkan kualitas mereka apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka secara konvensional
2.   Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan software
3.  Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur, mengadakan peralatan serta sofware tidaklah sedikit. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal-hal seperti, apakah akan membangun suatu jaringan secara penuh ataukah secara bertahap, apakah akan mengadakan peralatan yang sama sekali baru ataukah meng-upgrade yang sudah ada atau scound. Mesti diperhatikan bahwa sofwere yang asli bukan bajakan harganya relatif mahal. Untuk itu dipertimbangkan kemampuan menyediakan dana dalam setiap pengambilan keputusan.
4.  Biaya operasional dan perawatan. Suatu sistem akan berhjalan apabila dikelola secara baik. Dengan demikian, sistem pembelajaran berbasis internet ini, juga diperlukan biaya operasional dan perawatan yang tentunya tidak sedikit. Biaya operasional, honor pengelolaan, biaya langganan ISP (Internet Service Provider), biaya langganan saluran telepon tersendiri dan biaya pulsa telepon apabila berkeinginan menggunakan dial-up. Sedangkan biaya perawatan termasuk penggantian suku cadang yang mengalami kerusakan baik karena umur maupun kesalahan prosedur pemakaian
5. Sumberdaya manusia. Untuk mengembangkan dan mengelola jaringan dan sistem pembelajaran, diperlukan sejumlah sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi. Dalam hal ini termasuk guru-guru yang harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran melalui internet.
6.  Siswa. Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah mengetahui sejauhmana kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan internet yang akan diselenggarakan. Kalau internet merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar siswa, tentunya perlu dilakukan serangkaian upaya untuk mengkondisikan agar mereka siap berpartisipasi secara aktif dalam sistim pembelajaran yang baru tersebut.

Berdasarkan kajian dan pertimbangan sebagaimana telah dibahas di atas, kemudian       sistim pembelajaran internet dikembangkan melalui tiga cara pengembangan yaitu:
1.      Menggunakan sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, seperti e-mail, IRC (Internet Relay Chat), word wide web, seach engine, millis (milling list) dan FTP (File Transfer Protocol).
2.      Menggunakan sofware pengembang program pembelajaran dengan internet yang dikenal dengan Web-Course Tools, yang di anataranya bisa didapatkan secara gratis ataupun bisa juga dengan membelinya. Ada beberapa vendor yang mengem-bangkan Web Course Tools seperti WebCT, Web fuse, TopClass dan lain-lain.
3.      Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan (tailor made), dengan menggunakan bahasa ''pemrograman seperti ASP (Active Server Pages) dan lain-lain.
Dalam implementasi pembelajaran, terdapat model penerap-an e-learning yang bisa digunakan, yaitu: Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory Model. Adapun penjelasannya sebagaimana berikut:

1. Selective Model
Model selektif ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas (misalnya hanya ada satu unit komputer). Di dalam model ini, guru harus memilih salah satu alat atau media yang tersedia yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran. Jika guru menemukan bahan e-learning yang bermutu dari internet, maka dengan terpaksa guru hanya dapat menunjukan bahan pelajaran tersebut kepada siswa sebagai bahan demonstrasi saja. Jika terdapat lebih dari satu komputer di sekolah/kelas, maka siswa harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung.

2. Sequential Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya hanya dua atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan. Siswa menggunakan bahan e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari informasi baru.

3. Static Station Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagaimana halnya dalam sequential model. Di dalam model ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kelompok siswa lainnya menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.

4. Laboratory Model
Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet, siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa.
Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri. Setiap model e-learning yang dapat digunakan dalam pembelajaran di atas masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan.
Model pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pertimbangan sistem pembelajaran dengan menggunakan internet adalah web course, web centric course dan web enhanced course. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan bergantung dari sudut mana kebutuhan itu dapat dipenuhi.
Hal itu menjadi pertimbangan untuk diambil sebuah keputusan tentang pengembangan pembelajaran melalui internet, seperti keuntungan bagi intitusi, biaya operasional dan perawatan serta pengembangan inprastruktur, sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi serta yang tak kalahpentingnya kesiapan siswa yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan internet.
Berdasarkan kajian dan pertimbangan selanjutnya pengembangan sistem pembelajaran dapat dilakukan melalui sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, software pengembang program pembelajaran dengan internet web course tools, dan pengembangan sendiri program pembelajaran. Masing-masing cara dapat dipilih bergantung model apa yang akan dipakai dalam implementasi pembelajaran melalui internet. Model yang dimaksud bisa dipilih selective model, squential model, atatic station model dan laboratory model.










DAFTAR PUSTAKA


Nina W. Syam, 2004. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan, Makalah, tidak diterbitkan.
Oos Anwar, 2003, Internet: Peluang dan Tantangan Pendidkan Nasional Jurnal Teknodik, Jakarta Pusat Teknologi Komunikasi dan Inforasi Pendidikan Depdiknas.
Probowono, 1996. Internet untuk Dunia Pendidikan, makalah, Bandung, Institut Teknologi Bandung.
Rahmi, Rivalina, 2004. Pola Pencarian Informasi di Internet, Jurnal Teknodik Jakarta, Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan, Depdiknas.

1 komentar: